Sumedang, CNN Indonesia
--
Jalan berbatu dan suasana gersang menyambut saya selama perjalanan
menuju Tanjung Duriat, Desa Pajagan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Mengendarai sepeda motor selama kurang lebih tiga jam perjalanan, saya
tempuh demi menebus rasa penasaran ingin melihat Tanjung—daratan yang
menjorok ke danau, di ujung Kabupaten Sumedang.
Sesampainya di
sana, pemandangan indah pun seakan menuntun saya untuk menyusuri luasnya
air tawar pada siang itu. Penat selama perjalanan terbayarkan oleh
udara yang sejuk dan bendungan Jatigede yang terbentang luas.
Tanjung Duriat menampilkan sisi lain dari pemandangan Bendungan Jatigede
yang terletak di antara Kabupaten Sumedang, Cirebon, dan Majalengka.
Lahan milik Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) ini belum
resmi menjadi kawasan wisata.
Meski begitu, banyak pengunjung
yang telah mengetahui tempat wisata yang juga menawarkan tur keliling
pulau di sekitar Tanjung ini. Syifa, seorang pengunjung di sana yang
saya temui pada 20 April 2017 lalu. Ia turut kagum atas keindahan
Bendungan Jatigede dari atas bukit yang dipijaknya.
“Pemandangannya
bagus banget, tapi ngerasa gersang aja tempatnya. Mungkin karena tempat
baru ya, kalau dikembangkan bisa jadi bagus kok,” ucapnya kala itu. Ini
memang pertama kalinya Syifa mendatangi Tanjung, “Sebenarnya tadi ingin
ke Waduknya langsung, cuma sempat kesasar dan malah sampai di tempat
ini. Ya, tidak menyesal juga sih walau ke sini gak sengaja,” tambahnya.
Belum banyak yang bisa dinikmati selain pemandangan alam dari Tanjung
Duriat karena memang masih dalam tahap pembenahan. Nantinya sesuai
dengan rencana Perhutani Sumedang, tanjung ini juga akan menyediakan
berbagai wahana bagi pengunjung.
Rencana ini disampaikan oleh
Asisten Perhutani Sumedang, Eros Ruswandi yang saya temui di sana.
“Tanjung Duriat ini buka bulan Juli 2016, hasil kerja sama antara
Perhutani Sumedang dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Saat
ini, kami berencana mengundang investor untuk mengembangkan tempat
wisata alam ini,” ujar lelaki yang saat itu mengenakan seragam pegawai
negerinya.
Kasih Sayang terhadap Alam
Nama
Tanjung Duriat dipilih tidak hanya untuk menambahkan nilai jualnya.
Diberi nama tanjung di depannya pun karena dataran tinggi ini menjorok
ke danau. “Daratannya berbentuk tanjung,” kata Eros. Kata Duriat sendiri
berasal dari Bahasa Sunda yang artinya kasih sayang.
Seperti
yang dilansir pada sumedangtandang.com, arti kasih sayang di sini bukan
sekedar menggambarkan cinta kasih. Di tempat ini pengunjung dapat
merasakan nuansa indahnya Bendungan Jatigede dan melihat pelangi di saat
hujan, serta melihat terbenamnya matahari sampai munculnya bulan.
Mewakili
arti dari Tanjung Duriat ini, maka dibangunlah penanda Tanjung Duriat
dengan gambar hati di tengah tulisannya. Penanda ini juga dapat menjadi
tempat berfoto ria bersama teman, keluarga, atau orang terkasih. Di
belakang penanda ini juga terlihat pemandangan hamparan air Bendungan
Jatigede yang dapat mendukung kestetisan hasil foto sendiri (selfie)
atau bersama teman (wefie). Selain itu, ada tiang informasi penanda arah
beberapa negara di dunia dan tempat di sekitar Bendungan Jatigede.
Tiang ini juga bisa jadi tempat berfoto lainnya bersama keluarga atau
teman-teman.
***
Memerlukan proses yang sulit untuk
mendapatkan hasil yang berharga. Sama seperti Tanjung Duriat ini, tidak
mudah melalui akses yang berbatu. Selain itu, sudah lelah dengan
perjalanannya, pengunjung juga harus membayar tiket masuk seharga
Rp5.000 per orang, Rp5.000 untuk kendaraan roda empat dan Rp2.000 untuk
kendaraan roda dua.
Setelah itu, baru pengunjung dapat menikmati
kasih sayang yang berasal dari alam sepuasnya. “Harga masuknya cukup
terjangkau, harapannya sih ketika tempat wisata ini sudah diresmikan,
harga masuknya enggak naik. Tetap standar aja gitu,” ucap April, salah
satu pengunjung lainnya saat itu.
Tidak terasa waktu yang saya
habiskan untuk menikmati keindahan Bendungan buatan manusia ini dari
sisi barat lautnya. Keindahan alam ini mampu membawa lari saya sejenak
dari realitas kehidupan.
Memang benar, saya merasa sedang
mendapatkan kasih sayang dari alam. Sebelum kembali melewati jalan
berbatu, saya tidak lupa mengabadikan indahnya pemandangan Bendungan
Jatigede dari Tanjung Duriat melalui lensa kamera. Harapannya, melalui
lensa kamera, saya masih bisa merasakan keindahan alam tanpa harus lari
dari realita.
(ded)